INT. RUMAH SASKIA – MALAM.
Saskia memandang hidangan kesukaannya. Beef fettucini with melted cheese. Chicken wings. Garlic bread. Segelas coca cola dingin.
Tangannya meraba-raba garpunya ragu-ragu.
SASKIA: Boleh, sayang?
Tak ada jawaban.
SASKIA: Kau ingin aku mati kelaparan? Aku belum makan dari siang.
Tak ada jawaban. Hanya suara decak-decak orang mengunyah di depannya.
Saskia mendesah.
SASKIA: Aku tahu kamu marah. Dan ini salah satu cara kamu menghukum aku. Tapi asal kamu tahu, aku sama sekali tak patut diperlakukan seperti ini.
Terdengar suara orang menyeruput minuman. Lalu kembali terdengar suara kunyahan.
SASKIA: Kamu pikir kamu suci? Seperti malaikat? Hah! Kalau saja ibu kamu tahu apa yang sering kamu lakukan malam-malam…
Suara kunyahan berhenti. Segalanya menjadi sunyi seketika.
Saskia langsung menjadi pucat, menyesali perkataannya.
SASKIA: Aku takkan bilang! Akan kutepati sumpahku. Aku tadi hanya asal ngomong. Maaf. Maafkan aku, sayang?
Sunyi beberapa lama.
Saskia menunduk. Tangannya ia lipat erat-erat. Sesuatu mulai menyeruak keluar dari pori-pori dahinya, menjadi bilur-bilur keringat yang menetes. Ia pejamkan mata, bersiap menerima apa pun.
Lalu decak kunyahan itu kembali terdengar.
Saskia menghembuskan napas lega. Ia menegakkan kepalanya. Matanya melirik ke untaian-untaian surga berkrim di piringnya. Lidahnya menjilati bibir entah ke berapa kali.
SASKIA: Kamu pernah berpikir kenapa aku melakukan itu? Sekali saja! Pernahkah kamu memikirkan soal kepentinganku? Keinginanku? Perasaanku?
Decak-decak itu semakin keras terdengar, seakan-akan disengaja untuk menimbun kata-kata Saskia.
Saskia tak tahan lagi. Lalu dia menggebrak meja dan berteriak,
SASKIA: Mau dibawa kemana hubungan kita ini?
Mendadak terdengar suara orang tersedak, diikuti suara orang tercekik, menggapai-gapai napas. Lalu suara kursi terjatuh dan tubuh seseorang roboh ke lantai, berdebam.
Suara orang tercekik, seperti ada sesuatu yang menyumbat kerongkongannya masih berlangsung semakin intens. Lalu akhirnya berhenti. Suasana sunyi total.
Saskia termangu memandang sosok pria yang kini terlentang tak bergerak di lantai. Napasnya turun naik. Matanya membelalak.
Beberapa saat kemudian, saat napasnya kembali tenang, Saskia tersenyum dengan lega. Kemudian, ia segera menggapai garpu dan memakan dengan lahap.
SASKIA: Aku akan merindukan masakanmu, sayang.
Sebuah botol terjatuh dari saku sang pria dan menggelinding ke bawah meja. Di label tersebut tertera tulisan RACUN.
Hei! Gw agak bingung bacanya… (tapi emang saat ini otak gw lg berwujud jelly bentuk beruang sih… hehehe)
Kenapa racun itu jatuh dari kantong si pria ya? Apa pria itu yang sebenarnya mau ngeracunin Saskia? Lalu kenapa bisa dia yang makan? Apakah piring mereka tertukar atau sudah ditukar Saskia?
Emang kayaknya mesti direwrite. Satu clue: Bener Pria itu mau ngeracunin Saskia, tapi Pria itu mati tersedak bukan karena racun, tapi karena kaget setelah Saskia menggebrak meja. Jadi itu hanya kebetulan.